Ujung Genteng, Keindahan tersembunyi di pesisir selatan Sukabumi

Intermezzo :mrgreen:

Daerah pantai selatan pulau Jawa memang terkenal akan pemandangan alam nya yang indah. Membujur panjang dari Ujung Kulon sampai pesisir timur yang berbatasan dengan selat Bali. Kali ini gw akan sedikit berbagi tentang keindahan sebuah daerah pesisir selatan, yaitu pantai di kawasan Ujung Genteng, yang berada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bagi sebagian orang mungkin nama Ujung Genteng sudah tak asing lagi, terutama bagi para penggemar travelling, fotografi, pecinta alam maupun penggemar kegiatan touring dengan sepeda motor.

https://i0.wp.com/www.surf-forecast.com/locationmaps/UjungGentengHarbour.jpg

Lokasi Ujung Genteng (Tanda Bintang)

Info Mengenai Ujung Genteng 😉

Ujung Genteng merupakan daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat yang terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi dengan jarak tempuh sekitar 220 kilometer dari Ibu Kota Jakarta atau 230 kilometer dari Kota Bandung. Waktu tempuhnya sekitar enam atau tujuh jam perjalanan bermobil. Selain jalannya cukup mulus juga terdapat beberapa jalur alternatif serta sarana angkutan umum yang memadai menuju tempat tujuan.

Pantai Ujung Genteng memiliki karakteristik umumnya pantai selatan Pulau Jawa yang terkenal bersih airnya dan ombaknya yang besar. Walaupun demikian, pantai ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan pantai Pelabuhan Ratu yang terkenal rawan dan sering merenggut korban jiwa karena ombaknya yang ganas. Walaupun pantai Ujung Genteng menghadap bebas ke Samudera Hindia, namun ombaknya yang besar tak membahayakan pelancong yang gemar bermain-main di laut. Ombak besar dari tengah samudera lebih dulu pecah berserak lantaran terhalang gugusan karang laut di depan bibir pantai, sehingga kita dapat menikmati alam dengan pantai yang indah, aman, dan nyaman. Anak-anak boleh berenang di laut sepuasnya dan memungkinkan memandang sekumpulan ikan berwarna-warni di sela-sela batu karang, menandakan betapa alaminya lingkungan Ujung Genteng.

Di daerah Ujung Genteng sendiri terdapat banyak tempat menarik, seperti melihat langsung penyu hijau (Chelonia Mydas) di pantai Pangumbahan. Ada juga lokasi di mana Anda bisa berselancar di atas ombak yang cukup menantang yang terkenal dengan sebutan ”ombak tujuh”. Lokasi ini merupakan kawasan favorit bagi wisatawan mancanegara untuk olahraga selancar. Sebutan ombak tujuh menurut penduduk karena ombaknya selalu berurutan tujuh ombak dan selalu besar-besar. Untuk yang suka memancing, di Ujung Genteng merupakan tempat yang cocok di mana ikannya cukup banyak dan bervariasi.

Disamping objek wisata alam, Ujung genteng juga memiliki objek wisata dalam bentuk proses pembuatan gula kelapa oleh masyarakat setempat. Pembuatannya sederhana sekali yakni dengan memanfaatkan perkebunan kelapa luas, para penduduk memasang bokor untuk menampung cairan dari kembang kelapa lalu di kumpulkan dan dimasak dikuali lalu dicetak dengan potongan bambu yang ukurannya lebih besar dari ukuran gula kelapa yang ada di pasaran.

Sumber : ujung-genteng.info

Awal tahun 2011 ini, tepatnya di bulan Januari, gw dan beberapa temen melakukan perjalanan kesana. Kalo melihat keadaan cuaca sih memang bukan timing yang tepat, karena bulan Januari masih termasuk ke dalam musim hujan. Sebaiknya memang untuk mendatangi Ujung Genteng saat-saat curah hujan tak terlalu tinggi seperti di bulan Juni-Agustus. Tapi namanya jalan sama temen, kapanpun ayooo lah, hehehe.

https://nunoo.wordpress.com/wp-content/uploads/2011/11/pantai-ujung-genteng.jpg?w=300

sumber : google.com

and the story begin 🙄

Awalnya gw dan dua orang temen yang tinggal di Bandung  diajak untuk maen ke Ujung Genteng, rame-rame sama temen gw yang berangkat dari Jakarta & yg ada di Sukabumi. Gw mulanya berencana untuk touring dengan sepeda motor aja untuk sampe kesana. Karena temen-temen yang lain ada yang berangkat dari Jakarta dan Sukabumi, jadi kita semua berkumpul dulu di rumah salah seorang temen gw di Sukabumi. Dari Bandung ke Sukabumi ngga memerlukan waktu yang lama, cuma sekitar 2-3 jam perjalanan dengan motor. Berangkat dari Bandung sore hari setelah nunggu gerimis berhenti. Selepas Padalarang, kondisi jalanan yang tadinya macet berangsur-angsur lengang. Dalam perjalanan kali ini tetep gw yang jadi penunjuk jalan, ckckck. Ngakunya pada ga tau jalan semua. hehehe 😀

Sampe di Sukabumi sekitar 2 jam kemudian, terus menuju ke Barat di daerah Cibadak, dan butuh kurang lebih 1/2 jam lagi. Setelah sampe di rumah temen gw, disuguhin dan ditraktir bakso, yeay, thanks bgt, kalo cewe emang ngerti banget ngasih suguhan. Hehehehe :mrgreen: Sambil nunggu rombongan temen-temen yang dari Jakarta, kita jalan-jalan dulu di Sukabumi malemnya. Akhirnya karaokean deh di Inul Vizta (yang kata temen gw cuma satu-satunya nih di Sukabumi, huehehe) dan baru selesai sekitar jam 11 malem. Rencana awalnya adalah, kita akan berangkat besok pagi-pagi, malem ini mau dipake untuk istirahat. Tapi entah gimana ceritanya di jalan pulang ke rumah ngobrol sana-sini dan akhirnya diputuskan berangkat ke Ujung genteng malem ini aja 😯 dan gw ditunjuk jadi supir tembak 🙄 baiklah, ga jadi bawa motor sampe Ujung Genteng gapapa deh, :mrgreen:

Sekitar jam 1 dinihari udah kumpul semua termasuk temen-temen yang dari Jakarta, dan langsung berangkat lewat Cibadak dan menuju jalan Raya Pelabuhan Ratu untuk lalu belok kiri di pertigaan yang ada jembatan kuningnya (lupa nama jembatannya) beberapa jam perjalanan bikin temen-temen gw yang tadinya asik ngobrol sana-sini dan bikin seisi mobil jadi rame pelan-pelan lalu sepi. Berakhir dengan gw sendirian nyupirin temen-temen gw yang tidur di kursi belakang 🙄 dan temen gw yang di sebelah gw sesekali bangun, katanya pengen nemenin, tp gw suruh tidur aja, karena gw udah biasa jadi supir bis malem kok, hahaha. Tapi emang beneran, udah termasuk biasa lah nyupir malem, terutama kalo ke kampung mbah di Jogja.

https://nunoo.wordpress.com/wp-content/uploads/2011/11/peta2bujung2bgenteng.jpg?w=300

Rute dari arah Jakarta

Sesekali gw liat plang apapun yang ada untuk cari tau udah sampe mana. Sebagian besar kondisi jalanan menuju Ujung Genteng saat itu termasuk rusak parah, lobang dimana-mana, mobil cuma bisa gw pacu 30-40 Kpj aja 🙄 sekelilingnya pepohonan rimbun tapi meski nyetir sendirian untung ga ngerasain yg aneh-aneh :mrgreen: Sepintas juga gw liat jalanannya melintasi kebun teh, tapi ga lama. Akhirnya ngelewatin jampang tengah, dan lalu jampang kulon, penunjuk arah ke Ujung genteng udah semakin deket. Akhirnya di sekitar Jampang Kulon karena udah memasuki Shubuh, kita nyari Masjid untuk Sholat dulu :mrgreen: setelah sholat lanjut perjalanan menuju Ujung Genteng nya. Keadaan semakin terang, karena matahari udah terbit, tapi tertutup awan mendung di seluruh langit, perlahan gerimis kecil berganti dengan hujan deras menemani perjalanan kita pagi itu. Sampe melewati penginapan/Hotel Amanda Ratu, hujan turun deres banget 🙄 untung juga sih ga bawa motor :mrgreen: dan akhirnya sekitar jam 6 pagi sampe di Villa Pa Ujang 😀

Lalu nego-nego harga penginepan nya (urusan para wanita nih, yang laki langsung ke warung2 gitu mesen kopi + indomi, :mrgreen: ) dan akhirnya setelah cocok sama harganya kita ambil tempat nginep yang sejenis villa, dengan 2 kamar tidur dan 2 kamar mandi :mrgreen: dengan biaya (seinget gw) Rp 500.000,- cihuy banget buat 15 an orang cuma kena 35 ribu-an per orang :mrgreen: Setelah kopi dan indomi habis, kita ke penginapan. Ada yang mandi, beberes, gw? tengkurep lalu merem :mrgreen: cuma 2 orang yang belom tidur sama sekali, gw dan temen gw yang jadi sopir di mobil yang satunya :mrgreen:

Jalan kaki ke pangumbahan…

Kebangun sekitar jam 10, dan katanya pada pengen ke pantai rame-rame. Masih mendung juga sih tapi tanpa hujan. Oke ! setelah cuci muka dikit kita pun menuju pantainya. Dan memang, keindahan disini masih termasuk asri, jenis pantainya juga termasuk banyak variasinya. Kalo di depan penginapan Pa Ujang ini pantainya dengan karang yang cukup luas (bisa jalan di atas karang sampe beberapa puluh meter ke tengah laut) beda dengan pantai Pangumbahan yang berpasir putih dan tanpa karang. Pantai Pangumbahan adalah tempat yang kita tuju pagi ini. Jalan kaki :nohope: karena air lagi pasang, dan ada satu jalur penyebrangan yang melalui muara, jadi kalo bawa mobil takut kelelep ato kenapa-kenapa 🙄

Jalan kaki ke pantai Pangumbahan (tempat konservasi Penyu)

Foto diambil saat perjalanan ke Pantai Pangumbahan 😉

Angin dari laut pagi itu berhembus kenceng buanget 😦 dan akibatnya pas malemnya muka gw dan yang lain kemerahan kaya kepiting asep :mrgreen: Tapi cuaca mendung lumayan bikin perjalanan jadi ga terasa berat. Karena udah masuk waktunya makan siang, kami pun ke tempat makan yang ada di sini. Warung sederhana yang masakannya hanya dimasak kalo ada pesanan 😀 kami mesen menu ikan bakar+cumi+udang 😀 hmm.. maknyusnya setelah jalan cukup jauh tadi 😀

Makanan udah masuk perut semua, dan saat bayar cuma kena Rp 15 ribu per-orang. Murah geuning bu :mrgreen:

Lanjut perjalanan, masih jauh ni ke pangumbahan 🙄 Kali ini pantai ber-karang nya udah mulai berkurang, berganti pantai yang berpasir putih. Dengan tumbuhan-tumbuhan hijau di pinggirnya. Masih alami sekali 😀 Sesekali kami harus mencari tempat berteduh saat gerimis berganti hujan datang silih berganti. Ga ada yang bawa payung 😯 Sempet neduh di sebuah bangunan yang lagi dibangun, ngobrol-ngobrol sama pekerjanya, katanya beberapa hari yang lalu sempet nemu mayat di pinggiran pantai deket sini, katanya sih tenggelam karena ombak lagi galau 😦 sempet diingetin juga untuk jangan berenang sama mereka, oke pak! lagian juga ga ada yang berani renang tuh :mrgreen:

Ada yg berani berenang kalo lagi kaya begini? 👿

Hujan deras mereda, lanjut jalan lagi. Baru beberapa menit gerimis lagi, berhenti lah di warung kecil yang ngejual makanan ringan gitu. Lumayan sekalian jajan :mrgreen: katanya pantai penyu nya udah deket dari sini. Uhuy :mrgreen: Karena katanya udah deket, kita pun lanjut berangkat lagi. Kali ini ga ngikutin jalan setapak, tapi nyusurin pantai 😀

Jadi kita masuk penangkaran penyu nya dari arah luar :mrgreen:

Pangumbahan Turtle Park

Melepas anak penyu ke laut…

Nah untuk bisa ikut berpartisipasi dalam proses pelepasan anak penyu ke laut, per-orang dikenai biaya Rp 5000 rupiah 😀 dan dapet 1 anak penyu untuk dibawa pulang dilepas ke lautan bebas :mrgreen:

Anak penyu (tukik) yang masih ditempatkan di ember, belum ketemu air laut sama sekali 🙄

Prosesi pelepasan penyu sekitar jam 5 sore. Katanya, itu waktu yang ideal buat anak penyu untuk bisa menemukan jalannya ke laut :mrgreen: Semakin sore, ternyata makin rame 😀 tadi kami adalah rombongan satu-satunya disini, sekarang bertambah banyakkkk :mrgreen:

Petugas membagikan satu per satu anak penyu yang akan dilepas

Akhirnya proses pelepasan anak penyu pun tiba. Orang orang berbaris menghadap laut, dan diberikan 1 ekor anak penyu per-orang untuk dilepas secara bersamaan. Begitu aba-aba, dan dilepas menghadap laut, ada aja kelakuan lucu anak penyu, ada yang diem aja, ada yang puter balik ke darat, ada yang jalannya pelaaaaan bener :mrgreen: tapi dalam proses ini ada yang perlu diinget, saat ombak menerjang, dan anak penyu masih dalam perjalanan menuju laut, jangan gerak-gerakin kaki lo ! bisa nginjek anak penyu yang kebawa ombak :mrgreen: kan kasian bisa jadi dendeng penyu ntarnya :mrgreen:

https://i0.wp.com/www.wiranurmansyah.com/wp-content/uploads/2011/08/21.jpg

Melepas anak penyu (tukik) ke laut. Untuk memegang anak penyu usahakan jangan seperti posisi pada foto diatas, karena tanpa sadar kita akan menekan bagian perut anak penyu yang masih lunak, mungkin sama seperti kepala bayi baru lahir yang lunak di bagian ubun-ubun, cukup rentan bagi kesehatan si anak penyu, peganglah dari sisi-sisi tubuh anak penyu, dimana terdapat bagian keras tidak membahayakan si anak penyu 😉

Sepulang dari pantai pangumbahan menjelang maghrib dan rombongan kami yang paling ngenes, karena sebagian besar orang bawa kendaraan pribadi/ojek 😯 jadilah rombongan kita paling belakang yang meninggalkan pantai pangumbahan. Sampe di penginapan udah gelap 😆

Jalan pulang dari pangumbahan, iseng motoin temen :mrgreen:

Malem itu setelah makan bareng diluar, pada ga tahan lama, langsung kangen kasur semuanya :mrgreen: gw juga sih karena masih ngantuk akibat kurang tidur kemaren 😀 ga terasa tau-tau udah skip besoknya lagi :mrgreen:

Keesokan Harinya…

Minggu pagi itu gw dibangunkan suara debur ombak di pantai, plus angin dingin yang menyeruak masuk dari celah celah kayu bangunan. Bangunan ini dindingnya bukan dari tembok semen,tapi dari papan-papan kayu yang disusun, jadi ada celah-celahnya diantara sambungan papan. Pagi ini udah cukup terang tapi masih mendung seperti kemaren 🙄

Pas banget lagi laper-lapernya pagi itu ada penjual nasi uduk keliling. Langsung ludes tuh dagangannya sama gw dan temen-temen :mrgreen: yg gw inget telor bulet sambel merahnya gw yang ngeludesin, hehehe :mrgreen:

Dan akhirnya pagi itu setelah mandi dan siap-siap, kita pun bersiap check-out 🙄

awalnya sempet ada rencana untuk ke Curug Cikaso, tapi karena cuaca juga ga mendukung akhirnya kita putuskan untuk balik aja, tapi mampir dulu ke pelabuhan ratu untuk makan-makan :mrgreen:

http://alampriangan.files.wordpress.com/2011/06/curug-cikaso-1.jpg?w=605&h=400

Curug Luhur / Cikaso yang batal di datengin 😦

sumber : google.com

Ikan bakar di pelabuhan ratu…

Kita melalui jalan yang kemaren, tapi kali ini rombongan Jakarta memilih untuk pisah dan pamit pulang duluan 🙄 sementara sisanya mau pesta ikan bakar dulu di Pelabuhan Ratu :mrgreen: Untuk makan ikan bakar + cumi + udang dll yang murah meriah di Pelabuhan Ratu mendingan kita belanja sendiri ikan mentah nan segarnya di tempat pelelangan ikan yang ada disini 😀 dan di sebelah pelelangan ikan juga ada yang menyediakan ikan segar + bisa di masak dengan macem-macem bumbu, dengan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan membeli menu matang di restoran-restoran 🙄 tinggal cari saung pinggir pantai yang jual es kelapa deh buat makannya :mrgreen:

Beli dan masak ikannya disini 🙄

Makan ikan bakar di pinggir pantai, nyam nyam nyam :mrgreen:

Foto-foto lainnya silahken disimak di slideshow dibawah ini :mrgreen:

This slideshow requires JavaScript.

6 thoughts on “Ujung Genteng, Keindahan tersembunyi di pesisir selatan Sukabumi

Leave a reply to ubrium Cancel reply